BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan
gigi dan mulut hingga kini masih belum menjadi perhatian pertama. Akibatnya
gigi berlubang atau karies menjadi masalah umum yang dihadapi sebagian besar
masyarakat. Gigi yang berlubang selain tidak sehat pasti dilihat kurang bagus,
apalagi bila anak-anak sudah beranjak besar. Gigi berlubang atau karies adalah
hilangnya mineral kalsium dan fosfor dari gigi, menyebabkan gigi menjadi
berlubang, dan akhirnya menjadi keropos. Menurut Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Indonesia, penyakit karies atau gigi berlubang merupakan penyakit
unfeksi yang umum di dunia dan ditemukan pada 95 persen jumlah penduduk dunia
(Ghofur, 2012).
Bukti
arkeologis menunjukkan bahwa karies gigi sudah ada sejak masa prasejarah.
Sebuah tengkorak yang diperkirakan berasal dari satu juta tahun yang lalu dari
masa neolitikum memberi petunjuk adanya karies. Adanya peningkatan prevalensi
karies sejak masa neolitikum mungkin disebabkan banyaknya konsumsi makanan dari
tumbuhan yang banyak mengandung karbohidrat. Sebuah gurdi atau bor dari
kayu ditemukan pada masa neolitikum. Gurdi tersebut diperkirakan digunakan
sebagai pelubang gigi untuk mengeluarkan abses dari gigi. Perubahan kebudayaan
berupa penemuan teknik pertanian di Asia Selatan dipercayai juga sebagai salah
satu peningkat prevalensi karies (Richards, 2002).
Diperkirakan
bahwa 90% dari anak-anak usia sekolah di seluruh dunia dan sebagian besar orang
dewasa pernah menderita karies. Menurut penelitian di negara-negara Eropa,
Amerika dan Asia, termasuk Indonesia, ternyata 80-95% dari anak-anak dibawah
umur 18 tahun terserang karies gigi. Patut diketahui bahwa karies gigi terdapat
terutama pada manusia dan jarang pada hewan. Pada manusia yang hidup
berkelompok secara primitif, penyakit ini lebih sedikit dibandingkan dengan
golongan yang lebih beradab. Di Amerika Serikat, karies gigi merupakan penyakit
kronis anak-anak yang sering terjadi dan tingkatnya 5 kali lebih tinggi dari asma.
Karies merupakan penyebab patologi primer atas penanggalan gigi pada anak-anak.
Antara 29% hingga 59% orang dewasa dengan usia lebih dari limapuluh tahun
mengalami karies. Jumlah kasus karies menurun di berbagai negara berkembang,
karena adanya peningkatan kesadaran atas kesehatan gigi dan tindakan pencegahan
dengan terapi florida (WHO, 2003).
Sejauh
ini, karies gigi masih jadi masalah kesehatan anak. Angka kejadian karies pada
anak 60-90%. Karies gigi adalah daerah yang membusuk di dalam gigi yang terjadi
akibat proses yang secara bertahap melarutkan email (permukaan gigi sebelah
luar yang keras) dan terus berkembang ke bagian dalam gigi ( WHO, 2003).
Angka kerusakan gigi di Indonesia
berdasarkan survey kesehatan yang dilakukan Departemen Kesehatan RI pada 2001
menemukan sekitar 70 persen penduduk Indonesia berusia 10 tahun ke atas mengalami kerusakan gigi. Pada usia 12 tahun,
jumlah kerusakan gigi mencapai 43,9 persen, usia 15 tahun mencapai 37,4 persen,
usia 18 tahun 51,1 persen, usia 35-44 mencapai 80,1 persen, dan usia 65 tahun
ke atas mencapai 96,7 persen. Hal ini menunjukkkan bahwa penyakit karies atau
gigi berlubang masih menjadi masalah bagi penduduk Indonesia, data ini tentu
saja tidak bisa di anggap ringan. Hal ini karena beberapa penyakit berbahaya
seperti jantung, paru-paru, berat bayi lahir yang rendah, kelahiran prematur,
bisa di awali dari masalah kebersihan gigi dan mulut (Ghofur, 2012).
Berdasarkan hasil survey kegiatan praktek
komunitas di SDN 003 Kelurahan Tanjung Piayu, didapatkan data bahwa siswa yang
tidak memiliki karies gigi sebanyak 13%, sedangakan presentase siswa yang memiliki
gigi berlubang/karies sebanyak 87% dari 104 siswa (
1.2 Perumusan Masalah
Bagaimana “Gambaran Pengetahuan
Murid SD Kelas II Tentang Karies Gigi Di SDN 003 Sei Beduk Kelurahan Tanjung
Piayu Tahun 2012?
1.3 Tujuan Penelian
1.3.1 Tujuan Umum.
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran pengetahuan murid SD kelas
II tentang karies gigi di SDN 003 Sei Beduk Kelurahan Tanjung Piayu.
1.3.2 Tujuan
Khusus.
a. Untuk mengetahui sejauh mana gambaran
pengetahuan murid kelas II SDN 003 Sei Beduk tentang pengertian karies gigi.
b. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan
murid kelas II SDN 003 Sei Beduk tentang
penyebab karies gigi.
c. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan
murid kelas II SDN 003 Sei Beduk tentang
anatomi gigi.
d. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan
murid kelas II SDN 003 Sei Beduk tentang
tanda dan gejala karies gigi.
e. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan
murid kelas II SDN 003 Sei Beduk tentang pencegahan terhadap karies gigi.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1
Tenaga Kesehatan
Hasil
penelitian ini dapat memberikan informasi bagi tenaga kesehatan, khususnya
perawat tentang bagaimana pengetahuan murid SD tentang karies gigi.
1.4.3 Bagi
Sekolah
Dapat
memberi informasi pada guru bagaimana cara mengatasi dan mencegah karies gigi
pada anak sekolah. Dan memberi penambahan ilmu yang belum diketahui oleh guru.
1.4.2
Bagi Peneliti
Dapat
menambah wawasan ilmu pengetahuan pembaca dan peneliti tentang karies gigi
sebagai bahan masukan data, informasi dan ilmu pengetahuan jika ada penelitian
selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Konsep Pengetahuan.
2.1.1
Pengertian
Pengetahuan
merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan
terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia,
yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).
Tingkat
pengetahuan didalam domain kognitif menurut Notoatmodjo (2007) yaitu:
a. Tahu
(Know)
Mengingat
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang diterima.
b. Memahami
(Comprehension)
Memahami
diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c. Menerapkan
(Aplication)
Penerapan
diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi atau kondisi real (sebenarnya).
d.
Analisis (Analysis)
Analisis
adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam
komponen – komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi dan masih
ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis
(synthesis)
Sintesis
adalah suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian – bagian didalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru.
f.
Evaluasi (Evalution)
Evaluasi
ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek.
2.2 Konsep Dasar Karies Gigi.
2.2.1
Pengertian Karies Gigi
Karies
gigi adalah kerusakan yang terbatas pada jaringan gigi mulai dari email gigi,
hingga menjalar ke dentin (tulang gigi). Struktur email sangat menentukan
proses terjadinya karies. Penjalaran karies mula-mula terjadi pada email. Bila
tidak segera dibersihkan dan tidak segera ditambal, karies akan menjalar ke
bawah hingga sampai ke ruang pulpa yang berisi pembuluh saraf dan pembuluh
darah, senhingga menimbulkan rasa sakit dan akhirnya gigi tersebut bisa mati
(Soebroto, 2009).
Karies
gigi adalah perusakan gigi setempat yang disebabkan oleh kerjja bakteri.
Dimulainya kerusakan serta saraf kerusakan ditenttukan oleh faktor-faktor lain
seperti komposisi dan banyaknya air liur, keseimbangan gizi, kebresihan mulut,
kadar fluor dalam air minum, dan macam makanan yang dimakan. Sebelum infeksi di
mulai , diatas email gigi terbentuk suatu plak (semacam lempeng) permukaan.
Plak gigi dapat didefinisikan sebagai kumpulan bakteri dan bahan organic pada
permukaan gigi. Jasad- jasad renik ini tertanam di dalam matriks bahan organik,
bahan ini sebagian berasal dari liur dan sebagian dari hasil metabolisme
bakteri. Matriks ini mengikatkan jasad-jasad renik ini kepada suatu dengan
lainnya dan kepada permukaan gigi (Pelczar, 2005).
Karies
gigi adalah suatu penyakit yang di sebabkan oleh mikroorganisme yang terjadi
padad permukaan lapisan gigi yang meninmbulkan kerusakan yang terbatas padad
jaringan keras yang di mulai dari email terus ke bagian yang lebih yaitu dentin
(bagian dalam gigi yang lebih lunak), (Maryuni, 2010).
2.2.2 Anatomi
fisiologi gigi
Gigi
tersusun atas lapisan-lapisan yang trdiri dari :
A. Email :
lapisan terluar yang kuat dan keras
Dentin :
Lapisan di bawah email yang lebih lunak dan yang mudah rusak
Pulpa :
Lapisan yang berisi pembuluh darah dan saraf
Gusi :
Jaringan lunak yang ada dalam mulut
Cementum :
Lapisan luar akar gigi
Jaringan
Periodomtal : Jaringan yang memegang gigi, sehingga melekat dalam tulang
rahang.
B. Tulang
Alveolar : Tulang tempat melekatnya gigi
Gigi terbagi atas
beberapa jenis, yaitu :
1. Gigi
seri, yaitu jenis gigi yang terbentuk seprti pahat gigi
2. Taring,
yaitu jenis gigi yang terbentuk runcing
3. Geraham,
yaitu jenis gigi dengan bentuk permukaan yang terlekuk-lekuk.
Gambar
: Tempat dan Struktur gigi
Sumber
: (Soebroto, 2009)
2.2.3 Etiologi karies gigi
Karies
di sebabkan hilangnya mineral kalsium dan fosfor dari gigi, menyebabkan gigi
menjadi berlubang, dan akhirnya menjadi kropos. Partikel makanan yang tidak
dibersihkan bertupuk menjadi plak, dan di dalam plak hidup berbagai bakteri,
Bila anak sering makan mengandung gula atau sukrosa, bakteri akan menggunakan
sukrosa dan membentuk asam organik. Bila suasana sekitar gigi menjadi asam,
mineral kalsium dan fosfor akan lepas dari gigi. Karena hilangnya mineral, gigi
menjai rapuh dan akhinrnya berlubang (Ghofur, 2012).
Faktor-faktor penyebab karies gigi.
Banyak
sekali faktor yang menyebabkan karies. Faktor yang utama, antara lain:
1. Gigi
dan air ludah, Bentuk gigi yang tidak beraturan dan air ludah yang banyak lagi
kental, mempermudah terjadinya karies.
2. Adanya
bakteri penyebab karies, Bakteri yang menyebabkan karies adalah dari jenis Streptococus dan Lactobasillus.
3. Makanan
yang kita konsumsi, Makanan yang mudah lengket dan menempel di gigi seperti
permen dan coklat, memudahkan terjadinya karies.
Semacam
itu faktor lain yang turut andil adalah tingkat kebersihan mulut, frekuensi
makan, usia dan jenis kelamin, penyakit yang sedang di derita seperti kencing
manis dan TB, serta sikap/ perilaku terhadap pemeliharaan kesehatan gigi
(Kusumawardani, 2011).
2.2.4 Tanda dan Gejala Karies Gigi
Tanda
awal dari lesi karies adalah sebuah daerah yang
tampak berkapur di permukaan gigi yang menandakan adanya demineralisasi. Daerah
ini dapat menjadi tampak coklat dan membentuk lubang. Proses sebelum ini dapat
kembali ke asal (reversibel), namun ketika lubang sudah terbentuk maka struktur
yang rusak tidak dapat diregenerasi. Sebuah lesi tampak coklat dan mengkilat
dapat menandakan karies. Daerah coklat pucat menandakan adanya karies yang
aktif. Bila enamel dan dentin sudah mulai rusak, lubang semakin tampak. Daerah
yang terkena akan berubah warna dan menjadi lunak ketika disentuh. Karies
kemudian menjalar ke saraf gigi, terbuka, dan akan terasa
nyeri. Nyeri dapat bertambah hebat dengan panas, suhu yang dindin, dan makanan
atau minuman yang manis. Karies gigi dapat menyebabkan nafas tak sedap dan
pengecapan yang buruk. Dalam kasus yang lebih lanjut, infeksi dapat menyebar
dari gigi ke jaringan lainnya sehingga menjadi berbahaya (Rogers. A. H, 2008)
2.2.5 Pencegahan Karies Gigi
Pemeriksaan
gigi sebaiknya dilakukan setiap 6 bulan.
Lima
strategi umum yang merupakan kunci dalam mencegah terjadinya karies gigi:
a. Menjaga
kebersihan mulut.
Kebersihan
mulut yang baik mencakup gosok gigi sebelum atau setelah sarapan dan sebelum
tidur di malam hari serta membersihkan plak dengan benang gigi (flossing)
setiap hari. Hal ini sangat efektif dalam mencegah terjadinya pembusukan
permukaan yang licin. Menggosok gigi mencegah terbentuknya karies di pinggir
gigi dan flossing dilakukan di sela-sela gigi yang tidak dapat dicapai oleh
sikat gigi. Menggosok gigi yang baik memerlukan waktu selama 3 menit. Pada
awalnya plak agak lunak dan bisa diangkat dengan sikat gigi yang berbulu halus
dan benang gigi minimal setiap 24 jam. Jika plak sudah mengeras maka akan sulit
untuk membersihkannya.
b.
Makanan.
Semua karbohidrat bisa menyebabkan pembusukan gigi,
tetapi yang paling jahat adalah gula. Semua gula sederhana, termasuk gula meja
(sukrosa), gula di dalam madu (levulosa dan dekstrosa), buah-buahan
(fruktosa) dan susu (laktosa) memiliki efek yang sama terhadap
gigi. Jika gula bergabung dengan plak, maka dalam waktu sekitar 20 menit,
bakteri Streptococcus mutans di dalam plak akan menghasilkan asam. Jumlah
gula yang dimakan tidak masalah, yang memegang peran penting adalah lamanya
gula berada di dalam gigi. Orang yang cenderung mengalami karies harus
mengurangi makanan yang manis-manis. Berkumur-kumur setelah memakan makanan
manis akan menghilangkan gula, tetapi cara yang lebih efektif adalah dengan
menggosok gigi. Untuk menghindari terbentuknya karies, sebaiknya meminum
minuman dengan pemanis buatan atau minum teh atau kopi tanpa gula.
c. Fluor
Fluor menyebabkan gigi, terutama
email, tahan terhadap asam yang menyebabkan terbentuknya karies. Sangat efektif
mengkonsumsi fluor pada saat gigi sedang tumbuh dan mengeras, yaitu sampai usia
11 tahun. Penambahan fluor pada air adalah cara yang paling efisien untuk
memenuhi kebutuhan fluor pada anak-anak. Tetapi jika terlalu banyak mengandung
fluor, bisa menyebabkan timbulnya bintik-bintik atau perubahan warna pada gigi.
Jika air yang diminum mengandung sedikit fluor, bisa diberikan obat tetes atau
tablet natrium florida. Fluor juga bisa dioleskan langsung oleh dokter gigi
pada gigi yang cenderung mengalami pembusukan. Akan lebih baik jika menggunakan
pasta gigi yang mengandung fluor.
d. Penambalan.
Penambalan dapat digunakan untuk
melindungi lekukan pada gigi belakang yang sulit dijangkau. Setelah
dibersihkan, daerah yang akan ditambal ditutup dengan plastik cair. Setelah
cairan plastik mengeras, akan terbentuk penghalang yang efektif, dimana bakteri
di dalam lekukan akan berhenti menghasilkan asam karena makanan tidak dapat
menjangkau lekukan tersebut. Sebuah tambalan bertahan cukup lama; sekitar 90%
bertahan sampai 1 tahun dan 60% bertahan sampai 10 tahun; tetapi kadang perlu
dilakukan perbaikan atau penggantian.
e. Terapi
antibakteri.
Beberapa
orang memiliki bakteri penyebab pembusukan yang sangat aktif di dalam mulutnya.
Orang tua bisa menularkan bakteri ini kepada anaknya melalui ciuman. Bakteri
tumbuh di dalam mulut anak setelah gigi pertama tumbuh dan kemudian bisa
menyebabkan terjadinya karies. Karena itu kecenderungan bahwa pembusukan gigi
terjadi dalam satu keluarga, tidak selalu menunjukkan kebersihan mulut maupun
kebiasaan makan yang jelek. Pada orang-orang yang cenderung menderita karies
gigi perlu diberikan terapi antibakteri. Setelah daerah yang membusuk dibuang
dan semua lubang serta lekukan ditambal, maka diberikan obat kumur yang kuat
(klorheksidin) selama beberapa minggu untuk membunuh bakteri di dalam plak yang
tersisa. Diharapkan bakteri yang tidak berbahaya akan menggantikan bakteri
penyebab karies. Untuk membantu mengendalikan bakteri, bisa digunakan obat
kumur fluor setiap hari dan mengunyah permen karet yang mengandung xilitol
(Pelczer, 2005).
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN METODE
PENELITIAN
3.1
Kerangka Konsep
Dari
pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan
lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak di dasari oleh pengetahuan.
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil
tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan “what”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya
(Notoatmodjo, 2010). Pada bab ini peneliti akan menjelaskan tentang kerangka
konsep yang mengacu pada tujuan penelitian yaitu mendapatkan gambaran
pengetahuan murid SD kelas II tentang Karies Gigi di SDN 003 Sei Beduk
Kelurahan Tanjung Piayu melalui pendekatan variable dan sub variable.
Bagan
Kerangka Konsep
Variabel
Independent Variabel
Dependent
|
|||||
|
|||||
3.2. Definisi Konseptual dan
Definisi Operasional
3.2.1
Definisi Konseptual
Pengetahuan
(knowledge) adalah hasil tahu dari
manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan “what”,
misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).
3.2.2
Definisi Operasional
Didalam
penelitian ini yang dimaksud dengan pengetahuan adalah segala sesuatu yang
diketahui oleh murid SDN 003 Sei Beduk tentang pengertaian karies gigi, anatomi
gigi, penyebab karies gigi, tanda dan gejala karies gigi, dan pencegahan karies
gigi, Untuk mencapai semua itu perlu adanya faktor-faktor pendukung yaitu
tersedia dan terjangkau sarana kesehatan.
3.2.3
Cara Ukur
Memberiakan
pertanyaan tertulis tentang karies gigi yang meliputi pengertian karies gigi,
anatomi gigi, penyebab karies gigi, tanda dan gejala karies gigi dan pencegahan
karies gigi.
3.2.4
Alat Ukur
Alat
ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner.
3.2.5
Skala Ukur
Skala
ukur yang digunakan adalah skala ordinal yaitu data yang dikategorikan dan
dapat di urutkan dalam kisaran terendah sampai tertinggi (Suyanto, 2011).
3.2.6
Hasil Ukur
Setelah
di nilai presentase dari masing-masing kelompok kuesioner selanjutnya
digabungkan menjadi pengetahuan reponden secara keseluruhan, untuk menganalisa
secara kualitatif dilakukan interprestasi yang dikutip dari Nursalam (2008)
yaitu :
Baik : Bila hasil 76 – 100 %
Sedang : Bila hasil 56 – 75 %
Buruk :
Bila hasil < 56 %
3.3 Metodologi Penelitian
3.3.1
Desain Penelitian
Jenis
penelitian yang digunakan bersifat deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan atau uraian tentang gambaran
pengetahuan murid SD kelas II di SDN 003 Sei Beduk tentang karies gigi.
Menurut
Notoatmodjo (2010), penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang
dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi
di dalam masyarakat. Dalam bidang kesehatan masyarakat penelitian diskriptif di
gunakan untuk mengganmbarkan atau memotret masalah kesehatan serta yang terkait
dengan kesehatan sekelompok penduduk atau orang yang tinggal dalam komunitas
tertentu. Sementara itu menurut Suyanto (2011), penelitian deskriptif bertujuan
untuk mendapatkan gambaran yang akurat dari sejumlah karekteristik masalah yang
diteliti. Penelitian deskriptif berguna untuk mendapatkan makna baru,
menggambarkan kategori suatu masalah, menjelaskan suatu kejadian dari sebuah
fenomena.
3.3.2
Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi
penelitian ini dilakukan di SDN 003 Sei Beduk Kelurahan Tanjung Piayu dan waktu
penelitian direncanakan pada Tanggal 07 bulan April 2012.
3.3.3
Variabel Penelitian
1. Variabel Independent
(bebas)
Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah pengetahuan murid
kelas II SDN 003 Sei Beduk Kelurahan Tanjung Piayu.
2.
Variabel Dependent (terikat)
Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah gambaran
Gambaran Pengetahuan Murid SD Kelas II Tentang Karies Gigi di SDN 003 Sei Beduk
Kelurahan Tanjung Piayu Tahun 2012.
3.3.4.1
Populasi
Populasi
adalah keseluruhan objek atau objek yang diteliti. Populasi dari penelitian ini
adalah ……………..
3.3.4.2
Sampel
…………………..
3.3.5
Instrumen dan Cara Pengumpulan Data
a. Instrumen Pengumpulan Data
Untuk
mandapatkan hasil yang relevan terhadap masalah yang diteliti diperlukan
instrumen berupa kuesioner yang berisikan 15 pertanyaan tertutup dengan
kriteria pilihan jawaban pertanyaan peneliti adalah benar dan salah, dengan
tujuan untuk memperoleh informasi dari responden itu sendiri. Dimana pertanyaan
tersebut untuk mengetahui gambaran pengetahuan murid SD kelas II tentang karies
gigi di SDN 003 Sei Beduk Kelurahan Tanjung Piayu, Kuesioner tersebut terdiri
dari:
1. Data
umum, yaitu : inisial nama, umur, jenis kelamin, kelas dan alamat.
2. Data
khusus, yaitu : pertanyaan tentang pengertian karies gigi sebanyak 2 soal,
tentang anatomi gigi sebanyak 3 soal, penyebab karies gigi sebanyak 3 soal,
tentang tanda dan gejala karies gigi sebanyak 3 soal dan pencegahan karies gigi
sebanyak 4 soal.
b. Cara Pengumpulan Data
Teknik
yang digunakan dalam pengumpulan data tersebut adalah dengan mengujungi langsung
lokasi penelitian. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang berisi
sejumlah pertanyaan kepada responden yang dijadikan subjek penelitian. Yang
menjadi responden dikumpulkan dan diberikan kuesioner, waktu yang diberikan
pada pengisian kuesioner sekitar 30 menit, setelah selesai langsung
mengumpulkan lembaran kuesioner yang sudah diisi. Kuisioner yang telah diisi
diserahkan kepada peneliti, kemudian diperiksa kelengkapannya dan setelah
lengkap baru dilakukan pengolahan dan analisa data.
3.3.6
Pengolahan Data dan Analisa Data
a.
Pengolahan Data
Setelah
data yang diperlukan peneliti terkumpul, maka dilakukan tahap pengolahan data
yang melalui beberapa tahapan sebagai berikut (Hasan, 2002) :
1. Editting
1. Editting
Upaya
untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan.
2.
Coding
Pemberian
/ pembuatan kode-kode pada tiap-tiap data yang termasuk dalam kategori yang
sama.
3.
Tabulatting
Membuat
table-tabel yang berisikan data yang telah diberi kode, sesuai dengan analisis
yang dibutuhkan.
4.
Cleaning
Merupakan
kegiatan pencegahan pengecekan kembali data yang sudah diolah apakah ada
kesalahan atau tidak.
b.
Analisa Data
Hasil
kuesioner pengetahuan responden akan diolah dan setiap responden memperoleh
nilai sesuai dengan pedoman penelitian kuesioner. Jika jawaban responden benar
akan diberi skor 1 (satu), sedangkan jika jawaban responden salah akan diberi
nilai 0 (nol).
Kemudian
dari nilai tersebut akan ditentukan skor total pada masing-masing responden
dengan rumus (Ridwan, 2003):
x 100%
Keterangan :
P = Presentase
X = Jumlah jawaban yang benar
N = Jumlah skor kuesioner
Selanjutnya
hasil perhitungan dimasukkan kedalam standar kriteria objek, yaitu :
1. Baik : Bila hasil 76 – 100%
2. Cukup : Bila hasil 56 – 75%
3. Kurang : Bila hasil < 56%