Minggu, 15 April 2012

Gambaran Pengetahuan Murid SD Kelas II Tentang Karies Gigi Di SDN 003 Sei Beduk Kelurahan Tanjung Piayu Batam Tahun 2012


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Kesehatan gigi dan mulut hingga kini masih belum menjadi perhatian pertama. Akibatnya gigi berlubang atau karies menjadi masalah umum yang dihadapi sebagian besar masyarakat. Gigi yang berlubang selain tidak sehat pasti dilihat kurang bagus, apalagi bila anak-anak sudah beranjak besar. Gigi berlubang atau karies adalah hilangnya mineral kalsium dan fosfor dari gigi, menyebabkan gigi menjadi berlubang, dan akhirnya menjadi keropos. Menurut Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, penyakit karies atau gigi berlubang merupakan penyakit unfeksi yang umum di dunia dan ditemukan pada 95 persen jumlah penduduk dunia (Ghofur, 2012).
Bukti arkeologis menunjukkan bahwa karies gigi sudah ada sejak masa prasejarah. Sebuah tengkorak yang diperkirakan berasal dari satu juta tahun yang lalu dari masa neolitikum memberi petunjuk adanya karies. Adanya peningkatan prevalensi karies sejak masa neolitikum mungkin disebabkan banyaknya konsumsi makanan dari tumbuhan yang banyak mengandung karbohidrat. Sebuah gurdi atau bor dari kayu ditemukan pada masa neolitikum. Gurdi tersebut diperkirakan digunakan sebagai pelubang gigi untuk mengeluarkan abses dari gigi. Perubahan kebudayaan berupa penemuan teknik pertanian di Asia Selatan dipercayai juga sebagai salah satu peningkat prevalensi karies (Richards,  2002).
Diperkirakan bahwa 90% dari anak-anak usia sekolah di seluruh dunia dan sebagian besar orang dewasa pernah menderita karies. Menurut penelitian di negara-negara Eropa, Amerika dan Asia, termasuk Indonesia, ternyata 80-95% dari anak-anak dibawah umur 18 tahun terserang karies gigi. Patut diketahui bahwa karies gigi terdapat terutama pada manusia dan jarang pada hewan. Pada manusia yang hidup berkelompok secara primitif, penyakit ini lebih sedikit dibandingkan dengan golongan yang lebih beradab. Di Amerika Serikat, karies gigi merupakan penyakit kronis anak-anak yang sering terjadi dan tingkatnya 5 kali lebih tinggi dari asma. Karies merupakan penyebab patologi primer atas penanggalan gigi pada anak-anak. Antara 29% hingga 59% orang dewasa dengan usia lebih dari limapuluh tahun mengalami karies. Jumlah kasus karies menurun di berbagai negara berkembang, karena adanya peningkatan kesadaran atas kesehatan gigi dan tindakan pencegahan dengan terapi florida (WHO, 2003).
Sejauh ini, karies gigi masih jadi masalah kesehatan anak. Angka kejadian karies pada anak 60-90%. Karies gigi adalah daerah yang membusuk di dalam gigi yang terjadi akibat proses yang secara bertahap melarutkan email (permukaan gigi sebelah luar yang keras) dan terus berkembang ke bagian dalam gigi ( WHO, 2003).
Angka kerusakan gigi di Indonesia berdasarkan survey kesehatan yang dilakukan Departemen Kesehatan RI pada 2001 menemukan sekitar 70 persen penduduk Indonesia berusia 10 tahun ke atas  mengalami kerusakan gigi. Pada usia 12 tahun, jumlah kerusakan gigi mencapai 43,9 persen, usia 15 tahun mencapai 37,4 persen, usia 18 tahun 51,1 persen, usia 35-44 mencapai 80,1 persen, dan usia 65 tahun ke atas mencapai 96,7 persen. Hal ini menunjukkkan bahwa penyakit karies atau gigi berlubang masih menjadi masalah bagi penduduk Indonesia, data ini tentu saja tidak bisa di anggap ringan. Hal ini karena beberapa penyakit berbahaya seperti jantung, paru-paru, berat bayi lahir yang rendah, kelahiran prematur, bisa di awali dari masalah kebersihan gigi dan mulut (Ghofur, 2012).

Berdasarkan hasil survey kegiatan praktek komunitas di SDN 003 Kelurahan Tanjung Piayu, didapatkan data bahwa siswa yang tidak memiliki karies gigi sebanyak 13%, sedangakan presentase siswa yang memiliki gigi berlubang/karies sebanyak 87% dari 104 siswa (

1.2  Perumusan Masalah

Bagaimana “Gambaran Pengetahuan Murid SD Kelas II Tentang Karies Gigi Di SDN 003 Sei Beduk Kelurahan Tanjung Piayu Tahun 2012?

1.3  Tujuan Penelian
1.3.1     Tujuan Umum.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran pengetahuan murid SD kelas II  tentang karies gigi di  SDN 003 Sei Beduk Kelurahan Tanjung Piayu.
1.3.2    Tujuan Khusus.
a. Untuk mengetahui sejauh mana gambaran pengetahuan murid kelas II SDN 003 Sei Beduk tentang  pengertian karies gigi.
b. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan murid kelas II  SDN 003 Sei Beduk tentang penyebab karies gigi.
c. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan murid kelas II  SDN 003 Sei Beduk tentang anatomi gigi.
d. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan murid kelas II  SDN 003 Sei Beduk tentang tanda dan gejala karies gigi.
e. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan murid kelas II  SDN 003 Sei Beduk  tentang pencegahan terhadap karies gigi.

1.4      Manfaat Penelitian
1.4.1 Tenaga Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi tenaga kesehatan, khususnya perawat tentang bagaimana pengetahuan murid SD tentang karies gigi.
1.4.3  Bagi Sekolah
Dapat memberi informasi pada guru bagaimana cara mengatasi dan mencegah karies gigi pada anak sekolah. Dan memberi penambahan ilmu yang belum diketahui oleh guru.
1.4.2 Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan pembaca dan peneliti tentang karies gigi sebagai bahan masukan data, informasi dan ilmu pengetahuan jika ada penelitian selanjutnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pengetahuan.
2.1.1 Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).
Tingkat pengetahuan didalam domain kognitif menurut Notoatmodjo (2007) yaitu:
a.       Tahu (Know)
Mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima.
b.      Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c.       Menerapkan (Aplication)
Penerapan diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
d.   Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen – komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e.  Sintesis (synthesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian – bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f.    Evaluasi (Evalution)                   
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2.2 Konsep Dasar Karies Gigi.
2.2.1 Pengertian Karies Gigi
Karies gigi adalah kerusakan yang terbatas pada jaringan gigi mulai dari email gigi, hingga menjalar ke dentin (tulang gigi). Struktur email sangat menentukan proses terjadinya karies. Penjalaran karies mula-mula terjadi pada email. Bila tidak segera dibersihkan dan tidak segera ditambal, karies akan menjalar ke bawah hingga sampai ke ruang pulpa yang berisi pembuluh saraf dan pembuluh darah, senhingga menimbulkan rasa sakit dan akhirnya gigi tersebut bisa mati (Soebroto, 2009).
Karies gigi adalah perusakan gigi setempat yang disebabkan oleh kerjja bakteri. Dimulainya kerusakan serta saraf kerusakan ditenttukan oleh faktor-faktor lain seperti komposisi dan banyaknya air liur, keseimbangan gizi, kebresihan mulut, kadar fluor dalam air minum, dan macam makanan yang dimakan. Sebelum infeksi di mulai , diatas email gigi terbentuk suatu plak (semacam lempeng) permukaan. Plak gigi dapat didefinisikan sebagai kumpulan bakteri dan bahan organic pada permukaan gigi. Jasad- jasad renik ini tertanam di dalam matriks bahan organik, bahan ini sebagian berasal dari liur dan sebagian dari hasil metabolisme bakteri. Matriks ini mengikatkan jasad-jasad renik ini kepada suatu dengan lainnya dan kepada permukaan gigi (Pelczar, 2005).
Karies gigi adalah suatu penyakit yang di sebabkan oleh mikroorganisme yang terjadi padad permukaan lapisan gigi yang meninmbulkan kerusakan yang terbatas padad jaringan keras yang di mulai dari email terus ke bagian yang lebih yaitu dentin (bagian dalam gigi yang lebih lunak), (Maryuni, 2010).

2.2.2 Anatomi fisiologi gigi
Gigi tersusun atas lapisan-lapisan yang trdiri dari :
A.    Email                     : lapisan terluar yang kuat dan keras
Dentin                   : Lapisan di bawah email yang lebih lunak dan yang mudah rusak
Pulpa                     : Lapisan yang berisi pembuluh darah dan saraf
Gusi                       : Jaringan lunak yang ada dalam mulut
Cementum             : Lapisan luar akar gigi
Jaringan Periodomtal : Jaringan yang memegang gigi, sehingga melekat dalam tulang rahang.
B.     Tulang Alveolar : Tulang tempat melekatnya gigi
Gigi terbagi atas beberapa jenis, yaitu :
1.      Gigi seri, yaitu jenis gigi yang terbentuk seprti pahat gigi
2.      Taring, yaitu jenis gigi yang terbentuk runcing
3.      Geraham, yaitu jenis gigi dengan bentuk permukaan yang terlekuk-lekuk.

Gambar : Tempat dan Struktur gigi

Sumber : (Soebroto, 2009)
2.2.3 Etiologi karies gigi
Karies di sebabkan hilangnya mineral kalsium dan fosfor dari gigi, menyebabkan gigi menjadi berlubang, dan akhirnya menjadi kropos. Partikel makanan yang tidak dibersihkan bertupuk menjadi plak, dan di dalam plak hidup berbagai bakteri, Bila anak sering makan mengandung gula atau sukrosa, bakteri akan menggunakan sukrosa dan membentuk asam organik. Bila suasana sekitar gigi menjadi asam, mineral kalsium dan fosfor akan lepas dari gigi. Karena hilangnya mineral, gigi menjai rapuh dan akhinrnya berlubang (Ghofur, 2012).
Faktor-faktor  penyebab karies gigi.
Banyak sekali faktor yang menyebabkan karies. Faktor yang utama, antara lain:
1.      Gigi dan air ludah, Bentuk gigi yang tidak beraturan dan air ludah yang banyak lagi kental, mempermudah terjadinya karies.
2.      Adanya bakteri penyebab karies, Bakteri yang menyebabkan karies adalah dari jenis Streptococus dan Lactobasillus.
3.      Makanan yang kita konsumsi, Makanan yang mudah lengket dan menempel di gigi seperti permen dan coklat, memudahkan terjadinya karies.
Semacam itu faktor lain yang turut andil adalah tingkat kebersihan mulut, frekuensi makan, usia dan jenis kelamin, penyakit yang sedang di derita seperti kencing manis dan TB, serta sikap/ perilaku terhadap pemeliharaan kesehatan gigi (Kusumawardani, 2011).

2.2.4  Tanda dan Gejala Karies Gigi
Tanda awal dari lesi karies adalah sebuah daerah yang tampak berkapur di permukaan gigi yang menandakan adanya demineralisasi. Daerah ini dapat menjadi tampak coklat dan membentuk lubang. Proses sebelum ini dapat kembali ke asal (reversibel), namun ketika lubang sudah terbentuk maka struktur yang rusak tidak dapat diregenerasi. Sebuah lesi tampak coklat dan mengkilat dapat menandakan karies. Daerah coklat pucat menandakan adanya karies yang aktif. Bila enamel dan dentin sudah mulai rusak, lubang semakin tampak. Daerah yang terkena akan berubah warna dan menjadi lunak ketika disentuh. Karies kemudian menjalar ke saraf gigi, terbuka, dan akan terasa nyeri. Nyeri dapat bertambah hebat dengan panas, suhu yang dindin, dan makanan atau minuman yang manis. Karies gigi dapat menyebabkan nafas tak sedap dan pengecapan yang buruk. Dalam kasus yang lebih lanjut, infeksi dapat menyebar dari gigi ke jaringan lainnya sehingga menjadi berbahaya (Rogers. A. H, 2008)

2.2.5   Pencegahan Karies Gigi
Pemeriksaan gigi sebaiknya dilakukan setiap 6 bulan.
Lima strategi umum yang merupakan kunci dalam mencegah terjadinya karies gigi:
a.       Menjaga kebersihan mulut.
Kebersihan mulut yang baik mencakup gosok gigi sebelum atau setelah sarapan dan sebelum tidur di malam hari serta membersihkan plak dengan benang gigi (flossing) setiap hari. Hal ini sangat efektif dalam mencegah terjadinya pembusukan permukaan yang licin. Menggosok gigi mencegah terbentuknya karies di pinggir gigi dan flossing dilakukan di sela-sela gigi yang tidak dapat dicapai oleh sikat gigi. Menggosok gigi yang baik memerlukan waktu selama 3 menit. Pada awalnya plak agak lunak dan bisa diangkat dengan sikat gigi yang berbulu halus dan benang gigi minimal setiap 24 jam. Jika plak sudah mengeras maka akan sulit untuk membersihkannya.
b.   Makanan.
            Semua karbohidrat bisa menyebabkan pembusukan gigi, tetapi yang paling jahat adalah gula. Semua gula sederhana, termasuk gula meja (sukrosa), gula di dalam madu (levulosa dan dekstrosa), buah-buahan (fruktosa) dan susu (laktosa) memiliki efek yang sama terhadap gigi. Jika gula bergabung dengan plak, maka dalam waktu sekitar 20 menit, bakteri Streptococcus mutans di dalam plak akan menghasilkan asam. Jumlah gula yang dimakan tidak masalah, yang memegang peran penting adalah lamanya gula berada di dalam gigi. Orang yang cenderung mengalami karies harus mengurangi makanan yang manis-manis. Berkumur-kumur setelah memakan makanan manis akan menghilangkan gula, tetapi cara yang lebih efektif adalah dengan menggosok gigi. Untuk menghindari terbentuknya karies, sebaiknya meminum minuman dengan pemanis buatan atau minum teh atau kopi tanpa gula.
c.   Fluor
Fluor menyebabkan gigi, terutama email, tahan terhadap asam yang menyebabkan terbentuknya karies. Sangat efektif mengkonsumsi fluor pada saat gigi sedang tumbuh dan mengeras, yaitu sampai usia 11 tahun. Penambahan fluor pada air adalah cara yang paling efisien untuk memenuhi kebutuhan fluor pada anak-anak. Tetapi jika terlalu banyak mengandung fluor, bisa menyebabkan timbulnya bintik-bintik atau perubahan warna pada gigi. Jika air yang diminum mengandung sedikit fluor, bisa diberikan obat tetes atau tablet natrium florida. Fluor juga bisa dioleskan langsung oleh dokter gigi pada gigi yang cenderung mengalami pembusukan. Akan lebih baik jika menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor.
d.      Penambalan.
Penambalan dapat digunakan untuk melindungi lekukan pada gigi belakang yang sulit dijangkau. Setelah dibersihkan, daerah yang akan ditambal ditutup dengan plastik cair. Setelah cairan plastik mengeras, akan terbentuk penghalang yang efektif, dimana bakteri di dalam lekukan akan berhenti menghasilkan asam karena makanan tidak dapat menjangkau lekukan tersebut. Sebuah tambalan bertahan cukup lama; sekitar 90% bertahan sampai 1 tahun dan 60% bertahan sampai 10 tahun; tetapi kadang perlu dilakukan perbaikan atau penggantian.
e.       Terapi antibakteri.
Beberapa orang memiliki bakteri penyebab pembusukan yang sangat aktif di dalam mulutnya. Orang tua bisa menularkan bakteri ini kepada anaknya melalui ciuman. Bakteri tumbuh di dalam mulut anak setelah gigi pertama tumbuh dan kemudian bisa menyebabkan terjadinya karies. Karena itu kecenderungan bahwa pembusukan gigi terjadi dalam satu keluarga, tidak selalu menunjukkan kebersihan mulut maupun kebiasaan makan yang jelek. Pada orang-orang yang cenderung menderita karies gigi perlu diberikan terapi antibakteri. Setelah daerah yang membusuk dibuang dan semua lubang serta lekukan ditambal, maka diberikan obat kumur yang kuat (klorheksidin) selama beberapa minggu untuk membunuh bakteri di dalam plak yang tersisa. Diharapkan bakteri yang tidak berbahaya akan menggantikan bakteri penyebab karies. Untuk membantu mengendalikan bakteri, bisa digunakan obat kumur fluor setiap hari dan mengunyah permen karet yang mengandung xilitol (Pelczer, 2005).
             



BAB III
KERANGKA KONSEP DAN METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep
Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak di dasari oleh pengetahuan. Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan “what”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010). Pada bab ini peneliti akan menjelaskan tentang kerangka konsep yang mengacu pada tujuan penelitian yaitu mendapatkan gambaran pengetahuan murid SD kelas II tentang Karies Gigi di SDN 003 Sei Beduk Kelurahan Tanjung Piayu melalui pendekatan variable dan sub variable.
Bagan Kerangka Konsep
Variabel Independent                                                             Variabel Dependent
Pengetahuan murid SD Kelas II di SDN 003 Sei Beduk tentang karies gigi, yaitu
1.      Pengertian karies gigi
2.      Anatomi gigi
3.      Penyebab karies gigi
4.      Tanda dan gejala karies gigi
5.      Pencegahan karies gigi.
 
Gambaran pengetahuan murid SD kelas II tentang Karies Gigi di SDN 003 Sei Beduk Kelurahan Tanjung Piayu Tahun 2012 dengan kriteria :
1=Baik
2=Sedang
3=Buruk
 
 






3.2. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional
3.2.1 Definisi Konseptual
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan “what”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).
3.2.2 Definisi Operasional
Didalam penelitian ini yang dimaksud dengan pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh murid SDN 003 Sei Beduk tentang pengertaian karies gigi, anatomi gigi, penyebab karies gigi, tanda dan gejala karies gigi, dan pencegahan karies gigi, Untuk mencapai semua itu perlu adanya faktor-faktor pendukung yaitu tersedia dan terjangkau sarana kesehatan.
3.2.3 Cara Ukur
Memberiakan pertanyaan tertulis tentang karies gigi yang meliputi pengertian karies gigi, anatomi gigi, penyebab karies gigi, tanda dan gejala karies gigi dan pencegahan karies gigi.
3.2.4 Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner.
3.2.5 Skala Ukur
Skala ukur yang digunakan adalah skala ordinal yaitu data yang dikategorikan dan dapat di urutkan dalam kisaran terendah sampai tertinggi (Suyanto, 2011).
3.2.6 Hasil Ukur
Setelah di nilai presentase dari masing-masing kelompok kuesioner selanjutnya digabungkan menjadi pengetahuan reponden secara keseluruhan, untuk menganalisa secara kualitatif dilakukan interprestasi yang dikutip dari Nursalam (2008) yaitu :
            Baik                 : Bila hasil 76 – 100 %
            Sedang            : Bila hasil 56 – 75 %
            Buruk              : Bila hasil < 56 %

3.3 Metodologi Penelitian
3.3.1 Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif yaitu penelitian yang  menggambarkan atau uraian tentang gambaran pengetahuan murid SD kelas II di SDN 003 Sei Beduk tentang karies gigi.
Menurut Notoatmodjo (2010), penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi di dalam masyarakat. Dalam bidang kesehatan masyarakat penelitian diskriptif di gunakan untuk mengganmbarkan atau memotret masalah kesehatan serta yang terkait dengan kesehatan sekelompok penduduk atau orang yang tinggal dalam komunitas tertentu. Sementara itu menurut Suyanto (2011), penelitian deskriptif bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang akurat dari sejumlah karekteristik masalah yang diteliti. Penelitian deskriptif berguna untuk mendapatkan makna baru, menggambarkan kategori suatu masalah, menjelaskan suatu kejadian dari sebuah fenomena.
3.3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di SDN 003 Sei Beduk Kelurahan Tanjung Piayu dan waktu penelitian direncanakan pada Tanggal 07 bulan April 2012.
3.3.3 Variabel Penelitian
1.  Variabel Independent (bebas)
Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah pengetahuan murid kelas II SDN 003 Sei Beduk Kelurahan Tanjung Piayu.
2.  Variabel Dependent (terikat)
Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah gambaran Gambaran Pengetahuan Murid SD Kelas II Tentang Karies Gigi di SDN 003 Sei Beduk Kelurahan Tanjung Piayu Tahun 2012.

3.3.4.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek atau objek yang diteliti. Populasi dari penelitian ini adalah ……………..
3.3.4.2 Sampel
…………………..


3.3.5 Instrumen dan Cara Pengumpulan Data
a.         Instrumen Pengumpulan Data
Untuk mandapatkan hasil yang relevan terhadap masalah yang diteliti diperlukan instrumen berupa kuesioner yang berisikan 15 pertanyaan tertutup dengan kriteria pilihan jawaban pertanyaan peneliti adalah benar dan salah, dengan tujuan untuk memperoleh informasi dari responden itu sendiri. Dimana pertanyaan tersebut untuk mengetahui gambaran pengetahuan murid SD kelas II tentang karies gigi di SDN 003 Sei Beduk Kelurahan Tanjung Piayu, Kuesioner tersebut terdiri dari:
1.      Data umum, yaitu : inisial nama, umur, jenis kelamin, kelas dan alamat.
2.      Data khusus, yaitu : pertanyaan tentang pengertian karies gigi sebanyak 2 soal, tentang anatomi gigi sebanyak 3 soal, penyebab karies gigi sebanyak 3 soal, tentang tanda dan gejala karies gigi sebanyak 3 soal dan pencegahan karies gigi sebanyak 4 soal.
b.  Cara Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data tersebut adalah dengan mengujungi langsung lokasi penelitian. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang berisi sejumlah pertanyaan kepada responden yang dijadikan subjek penelitian. Yang menjadi responden dikumpulkan dan diberikan kuesioner, waktu yang diberikan pada pengisian kuesioner sekitar 30 menit, setelah selesai langsung mengumpulkan lembaran kuesioner yang sudah diisi. Kuisioner yang telah diisi diserahkan kepada peneliti, kemudian diperiksa kelengkapannya dan setelah lengkap baru dilakukan pengolahan dan analisa data.
3.3.6 Pengolahan Data dan Analisa Data
a. Pengolahan Data
Setelah data yang diperlukan peneliti terkumpul, maka dilakukan tahap pengolahan data yang melalui beberapa tahapan sebagai berikut (Hasan, 2002) :
  1.   Editting
Upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan.
2.      Coding
Pemberian / pembuatan kode-kode pada tiap-tiap data yang termasuk dalam kategori yang sama.
3.      Tabulatting
Membuat table-tabel yang berisikan data yang telah diberi kode, sesuai dengan analisis yang dibutuhkan.
4.      Cleaning
Merupakan kegiatan pencegahan pengecekan kembali data yang sudah diolah apakah ada kesalahan atau tidak.
b. Analisa Data
Hasil kuesioner pengetahuan responden akan diolah dan setiap responden memperoleh nilai sesuai dengan pedoman penelitian kuesioner. Jika jawaban responden benar akan diberi skor 1 (satu), sedangkan jika jawaban responden salah akan diberi nilai 0 (nol).


Kemudian dari nilai tersebut akan ditentukan skor total pada masing-masing responden dengan rumus (Ridwan, 2003):
 x 100%
Keterangan :
            P = Presentase
            X = Jumlah jawaban yang benar
            N = Jumlah skor kuesioner
Selanjutnya hasil perhitungan dimasukkan kedalam standar kriteria objek, yaitu :
1.      Baik                 : Bila hasil 76 – 100%
2.      Cukup             : Bila hasil 56 – 75%
3.      Kurang                        : Bila hasil < 56%

Senin, 02 April 2012

Kerusakan Gigi/ Gigi Berlubang


Masalah gigi merupakan sebuah masalah serius yang perlu diperhatikan. Masalah kesehatan gigi adalah masalah yang tidak bisa dianggap sepele. Mengapa? Karena kita tahu bahwa rasa sakit akibat gigi yang rusak, gigi berlubang maupun penyakit gigi lainnya sangat sakit sekali. Saraf-saraf gigi sangat berkaitan erat dengan saraf-saraf pusat, seperti saraf otak/kepala dan saraf mata. Sehingga bila ada yang sakit gigi, kepala terasa sakit dan mata terasa mau copot.
Untuk mencegah gigi berlubang, di bawah ini beberapa langkah dan kebiasaan yang perlu diperhatikan dan dilaksanakan, diantaranya :

1. Periksakan kesehatan gigi dan gusi Anda secara rutin pada dokter spesialis gigi dan gusi.
Pemeriksaan kesehatan gigi dan gusi kepada dokter spesialis gigi dan gusi adalah cara efektif dan cara terbaik untuk mencegah penyakit seputar gigi dan gusi. Lakukan pemeriksaan ini minimal 3 bulan sekali. Konsultasikan dan bertanyalah pada dokter ahli gigi tentang penyebab, pencegahan dan pengobatan darurat bila anda terserang sakit gigi.

2. Kurangi mengkonsumsi makanan atau minuman yang memiliki kandungan gula sangat tinggi.
Beberapa makanan yang dapat menyebabkan gigi berlubang adalah makanan yang memiliki kandungan gula berlebih. Untuk itu, kurangi makanan dan minuman seperti sirup, permen, coklat, soda dan makanan serta minuman manis lainnya yang mengandung kadar gula tinggi.

3. Hendaknya Anda menggosok gigi secara teratur.
Salah satu cara termudah untuk mencegah kerusakan gigi, bau mulut dan penyakit gusi adalah dengan menyikat gigi secara teratur, minimal 2 kali sehari. Biasakan untuk menggosok gigi sebelum dan sesudah tidur, setiap habis makan, juga setiap habis makan permen maupun coklat. Gunakan pasta gigi standar, minimal yang mengandung fluoride. Gantilah sikat gigi Anda minimal 3 bulan sekali agar tetap aman pada saat menyikat gigi terutama untuk menghindari luka pada gusi.

4. Hendaknya Anda membersihkan sisa makanan pada sela-sela gigi (floss) minimal sehari sekali.
Gunakan kaca untuk memudahkan Anda melihat sisa-sisa makanan yang terselip diantara gigi. Anda bisa menggunakan tusuk gigi yang higienis dan tidak terlalu tajam untuk membersihkan sisa-sisa makanan diantara gigi. Lakukan dengan hati-hati agar tidak melukai permukaan gusi Anda.

5. Konsumsi vitamin untuk merawat kesehatan gigi dan gusi Anda.
Mengkonsumsi sejumlah vitamin terutama vitamin C dan D serta kalsium untuk menjaga kesehatan gigi dan gusi. Selain anjuran untuk makan dan minum yang menyehatkan, Anda perlu memberikan tambahan kalsium dan vitamin terutama vitamin K dan D untuk membantu proses penyerapan mineral yang membantu kesehatan gigi, mulut dan gusi.